Menjelang 10 hari terakhir Ramadhan, akhir Agustus 2010, Indonesia, khususnya warga Sumatera Utara dikejutkan dengan kembali bergejolaknya Gunung Sinabung, yang telah diam selama 400 tahun, meninggalkan hanya pesona keindahannya. (Foto: Gunung Sinabung, dari Gunung Sibayak, yang terletak bersebelahan, sumber: www.summitpost.org)

Gunung Sinabung setinggi 2,451 meter ini terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. (ada webnya loh! http://karokab.go.id/) Kalau kita tahun Medan dan Danau Toba, Gunung Sinabung ini terletak di sisi barat Medan, dan sisi utara Danau Toba, sebagaimana bisa dilihat di gambar berikut. (“A” untuk Gunung Sinabung, sumber: google map)

Hasil pemantauan 28 Agustus 2010 muncul asap putih manifestasi solfatara dan fumarola dalam kawah aktif. Sebagaimana diberitakan kompas dan berbagai media lainnya, kepulan asap dan hujan debu mulai semakin banyak keluar dari Gunung Sinabung.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono saat itu memprediksi sangat kecil kemungkinannya Gunung Sinabung meletus dan warga untuk tidak panik. Evakuasi pun tidak dilakukan. Pertimbangan ini berdasarkan catatan sejarah bahwa Gunung Sinabung terakhir meletus 410 tahun yang lalu, dan diam sesudahnya. Selain itu, tidak ada catatan mengenai letusan sebelumnya, sehingga Gunung ini dikategorikan sebagai tipe B (tidak berbahaya). Walaupun Gunung merupakan gunung aktif, yang ditandai dengan adanya manifestasi belerang (sulfatara) dan uap air atau asap, namun Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang tidak diawasi karena dianggap tidak berbahaya.

Keluarnya asap dan debu semula diperkirakan oleh Surono merupakan efek dari hujan lebat yang terjadi. Hujan lebat yang mengenai magma statis pada gunung akan berubah menjadi uap air atau asap. Pada saat bersamaan, material-material halus gunung ikut terbang bersama tekanan atau entakan uap air tersebut sehingga memunculkan debu.

Kemudian pada Minggu pukul 00.08 WIB dini hari, muncul gemuruh yang diikuti dengan tampaknya asap letusan dengan ketinggian 1.500 meter dari bibir kawah.

Gunung Sinabung akhirnya meletus, Minggu 29 Agustus 2010 dini hari pukul 00.15 WIB. Fotografer Tribun Medan yang langsung terjun ke kawasan Gunung Sinabung sejak Jumat (27/8/2010) malam merekam detik-detik awal letusan Gunung Sinabung. Terlihat muntahan larva pijar menyembur dari kawah Gunung Sinabung.

Pasca letusan, sekitar dua ribuan warga di kaki Gunung Sinabung mengungsi (20.000 hingga tulisan ini diketik). Terlihat dalam gambar yang direkam fotografer Tribun Medan, ribuan warga menembus kegelapan malam sembari membekap tubuhnya dengan kain sarung seadanya demi menghindari larva pijar yang masih terus menyembur dari kawah Gunung Sinabung. Debu dari letusan terlihat cukup tebal menempel di tubuh.

Aktivitas Gunung Sinabung yang terus meningkat hingga meletus dini hari cukup mengejutkan. Sebab, gunung tersebut jarang sekali meletus dan selama ini dikelompokkan dalam gunung api yang tidak mendapat pemantauan khusus.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan status aktivitas Gunung Api Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, ke level awas atau level IV menyusul letusan dan lava pijar dari gunung api itu. Selain itu, PVMBG juga menaikkan tipe Gunung Sinabung dari tipe B ke tipe A. PVMBG juga merekomendasikan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas para radius 6 km dari kawah aktif.  Tim Tanggap Darurat PVMBG sudah berada di lokasi kejadian berikut sejumlah peralatan pengamatan dan pemantauan. Tim ditempatkan di Desa Bakerah Cimacem, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo.

Kita memang tinggal berdampingan dan gunung, di daerah vulkanologi teraktif di dunia, terdapat 30 gunung api tipe B di Indonesia, dan 68 Gunung api tipe A di Indonesia.

Dari berbagai media: Kompas, Jakarta Post, Tribun Medan